Program Nona Sari Setia: Solusi Kreatif Atasi Krisis Pangan di Indonesia

krisis pangan indonesia

Krisis Pangan di Indonesia: Gerakan 'No Nasi Satu Hari Sehat Bahagia dan Aman'

Indonesia, sebagai salah satu negara agraris terbesar di dunia, seringkali menghadapi berbagai tantangan dalam sektor pertaniannya. Salah satu permasalahan yang menjadi fokus perhatian adalah krisis pangan, yang dapat berdampak serius pada kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, di tengah perjuangan menghadapi masalah ini muncul sebuah inisiatif luar biasa yang disebut Program Nona Sari Setia atau yang lebih dikenal dengan Gerakan ‘No Nasi Satu Hari Sehat Bahagia dan Aman’. Program ini memunculkan ide unik, yakni meniadakan konsumsi nasi setiap Jumat untuk mengatasi ancaman krisis pangan di Indonesia.

Krisis Pangan di Indonesia: Masalah yang Harus Diatasi

Sebelum kita memahami lebih dalam tentang Program Nona Sari Setia, mari kita kenali terlebih dahulu latar belakang krisis pangan yang menghantui Indonesia. Krisis pangan adalah masalah global yang mempengaruhi banyak negara, termasuk Indonesia. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, fluktuasi harga beras, dan kerentanan infrastruktur telah menyebabkan ketidakstabilan pasokan pangan.

Salah satu upaya yang dapat kita lakukan dalam mengatasi masalah ini adalah imbauan dari Pj Bupati Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Doris Alexander Rihi. Beliau mengajukan sebuah ide brilian yang bertujuan untuk mengantisipasi krisis pangan dan ancaman kekeringan.

Ide ini disampaikan melalui Surat Edaran dengan Nomor: Distan KP.521/610/IX/2023 tentang Gerakan ‘Nona Sari Setia’ (No Nasi Satu Hari Sehat Bahagia dan Aman). Surat ini ditujukan kepada berbagai pihak, termasuk pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), camat, kepala desa/lurah, serta pimpinan BUMN dan BUMD di seluruh Kabupaten Flores Timur.

Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal

Dalam surat edaran tersebut, Doris Alexander Rihi menjelaskan bahwa imbauan untuk tidak mengonsumsi nasi setiap Jumat adalah langkah awal dalam menghadapi krisis pangan. Hal ini juga sejalan dengan implementasi Peraturan Bupati Flores Timur Nomor 61 Tahun 2017 tentang Penganekaragaman Konsumsi Pangan Lokal di Kabupaten Flores Timur.

Pada dasarnya, imbauan puasa nasi ini mengajak seluruh masyarakat Flores Timur, dan secara lebih luas, Indonesia. Imbauan ini berpengaruh penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal. Pesan dari Doris Alexander Rihi adalah bahwa kita tidak harus bergantung sepenuhnya pada nasi sebagai sumber karbohidrat. Ia mengingatkan bahwa Indonesia memiliki banyak sumber pangan alternatif yang telah ada sejak zaman nenek moyang.

Potensi Pangan Alternatif di Flores Timur

Dalam konteks Flores Timur, Sebastianus Sina Kleden, salah satu tokoh yang mendukung Program Nona Sari Setia, juga berbicara tentang potensi pangan alternatif di daerah ini. Menurutnya, Program Nona Sari Setia dapat menghemat kebutuhan beras di Flores Timur sebanyak 336,28 ton per bulan.

Mengingat harga beras yang semakin meningkat, penghematan ini memiliki dampak positif yang signifikan. Jika kita mengkalkulasikan dengan harga beras Rp. 14.000,- per kilogram, maka penghematan tersebut setara dengan Rp. 5.127.987.900 per bulan. Hal ini membuktikan bahwa Program Nona Sari Setia bukan hanya langkah yang kreatif dalam mengatasi krisis pangan. Program ini juga memiliki potensi untuk mengurangi tekanan ekonomi akibat harga beras yang tinggi.

Mendorong Penyediaan Pangan Alternatif Lokal

Sebastianus Sina Kleden juga menekankan bahwa Program Nona Sari Setia bukan sekadar imbauan untuk tidak makan nasi. Gerakan ini bertujuan untuk mendorong penyediaan pangan alternatif berbasis sumber daya lokal yang tidak bersandar pada beras. Kemudian, gerakan ini juga dapat membantu menggerakkan sektor ekonomi masyarakat dengan membuka peluang bagi petani dan produsen pangan lokal.

Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Sehat dan Produktif

Selain membantu mengatasi krisis pangan dan mengurangi tekanan inflasi dari kenaikan harga beras, program ini juga memiliki visi lebih besar. Ia bertujuan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, aktif, dan produktif. Tujuan dapat melalui kecukupan pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.

Melalui penganekaragaman pangan, masyarakat dapat memiliki akses lebih baik ke berbagai sumber daya pangan seperti buah, sayur, umbi-umbian, dll. Hal ini akan membantu meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Kesimpulan

Program Nona Sari Setia adalah inisiatif yang penuh inovasi dalam menghadapi krisis pangan di Indonesia. Ide untuk mengurangi konsumsi nasi setiap Jumat adalah langkah awal yang menginspirasi untuk melakukan keanekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal.

Program ini tidak hanya mengatasi masalah krisis pangan, tetapi juga berpotensi mengurangi tekanan inflasi, mendorong ekonomi masyarakat, dan mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan produktif. Doris Alexander Rihi dan Sebastianus Sina Kleden telah memberikan contoh nyata bagaimana pemikiran kreatif dan kolaborasi masyarakat dapat membantu krisis pangan.

Dalam konteks Indonesia yang kaya SDA dan budaya pangan, Program Nona Sari Setia adalah contoh nyata bahwa solusi masalah besar bisa berasal dari ide yang sederhana tetapi efektif. Semoga program ini akan memberikan inspirasi bagi daerah-daerah lain untuk mengadopsi langkah serupa dalam mengatasi tantangan krisis pangan.

Kunjungi halaman kami untuk melihat lebih banyak pilihan.

Author: Indah Suci Islami | Editor: Rincinailatul Agustin