Resiliensi dan Dukungan Sosial pada Individu yang Ditinggal Pasca Kematian

Sumber: freepik.com

Halo, Teens! Apa sih yang dimaksud dengan resiliensi dan dukungan sosial itu? Resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk menghadapi tantangan dalam menghadapi kesulitan hidup, terutama setelah kematian orang terdekat. Resiliensi ini diperlukan dan akan makin berarti dengan adanya dukungan sosial dari lingkungan. Mayordomo dkk., dalam (Amalia, Rahman, dan Zain. 2021) menjelaskan bahwa resiliensi merupakan faktor dominan dalam mengelola dan merancang masalah saat beradaptasi dengan suatu perubahan. Selain itu, resiliensi juga berupa kemampuan mengelola respons emosional dalam menghadapi banyak tuntutan dalam tujuan akhir seseorang.

Kesulitan di Tengah Wabah Covid-19

Dalam tiga tahun terakhir, masyarakat Indonesia menghadapi masa pandemi Covid-19 yang meninggalkan banyak korban dari virus atau wabah tersebut. Pandemi saat itu menyebabkan banyak orang-orang terinfeksi, bahkan sampai meninggal dunia. Hal ini sebagian besar karena parahnya dampak virus di masa itu. Oleh karena itu, individu yang kesulitan pasca kematian orang terdekatnya harus mampu berjuang menghadapi kesulitan hidup pada saat itu.

Adapun dukungan sosial merupakan rasa nyaman secara nyata yang berasal dari lingkungan kepada seseorang yang sedang menghadapi stres setelah kematian orang terkasih. Oleh karena itu, individu yang berduka setelah kematian orang terkasih atau keluarga memerlukan dukungan. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya. Menurut Aziz dan Fatma (2013: 141-159), dalam dukungan sosial terdapat kebutuhan lain yang berkaitan dengan kebutuhan psikis seseorang. Jika seseorang sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya. Dukungan tersebut dapat berupa pemberian bantuan tenaga secara langsung, pemberian materil dari hubungan sosial yang akrab, dan pemberian afeksi yang membuat individu merasa lebih berarti dan bernilai di hidupnya.

Dukungan Sosial yang Efektif di Sekitar Kita

Selain itu, Cohen dan Syme dalam (Aprilia, 2013) menyebutkan bahwa dukungan sosial dapat berasal dari tempat kerja, keluarga, pasangan, teman atau sahabat. Menurutnya, dukungan sosial tersebut sangat efektif dalam mengurangi penyebab stres atau depresi psikologis seseorang di masa-masa sulit, seperti saat berada di bawah tekanan.

Seseorang pasca kematian orang-orang terdekatnya juga harus berusaha untuk keluar dari keterpurukan sebagai respons terhadap perubahan kenyataan. Perlmutter & Hall dalam (Aprilia, 2013) juga menjelaskan bahwa terdapat hal yang perlu diperhatikan pada orang-orang yang ditinggalkan setelah kematian. Menurutnya, ketika seseorang mengalami perubahan yang berpotensi menimbulkan masalah, akan ada stres yang dapat muncul sebagai respons terhadap perubahan tersebut. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kehidupan emosional seseorang. Pasalnya, individu tidak dapat beresiliensi atau berjuang dengan maksimal terhadap perubahan yang juga menimbulkan kerugian bagi dirinya sendiri.

Hubungan Tingkat Resiliensi dengan Kondisi Psikologis

Di sisi lain, terganggunya kehidupan emosional seseorang dapat berdampak negatif apabila individu tersebut memiliki resiliensi yang rendah, seperti tidak mampu bangkit dari keterpurukan. Hal ini akan membuat individu tersebut makin terpuruk dan berujung pada perasaan tidak berdaya. Purnomo (2014: 241-262) juga menambahkan bahwa individu yang memiliki resiliensi rendah cenderung akan menjadi seseorang yang lemah dan tidak berdaya. Di samping pernyataan tersebut, Mark W. M (2015) turut mendukung dengan penelitiannya yang menjelaskan bahwa terdapat kaitan antara tingkat resiliensi yang rendah dengan individu yang memiliki kondisi gangguan psikologis. Hal ini merujuk pada kecederungan individu dengan tingkat resiliensi yang rendah dan memiliki risiko sangat tinggi dalam mengalami gangguan psikologis seperti stress, depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca trauma (PTSD). 

Maka dari itu, besar harapan agar teman-teman dapat bangkit dan melakukan yang terbaik dalam memperjuangkan hidup di masa-masa yang sulit. Khususnya pada individu yang berduka atau merasa kehilangan setelah kematian orang-orang terdekat. Pada masa tersebut pastinya akan ada perasaan sedih dan sepi yang menganggu proses kita menjalani kehidupan sehari-hari, bahkan akan cenderung memburuk jika tidak ada tindakan lanjut. Dengan demikian, teman-teman yang berduka membutuhkan resiliensi dan dukungan sosial agar mereka dapat mengendalikan diri dan kembali kuat dalam menjalani hidup.

Pentingnya Resiliensi dan Dukungan Sosial

Seperti yang telah kita ketahui, resiliensi merupakan kemampuan atau perjuangan seseorang dalam menghadapi tantangan dan kesulitan hidup. Selain itu, telah kita ketahui juga bahwa dukungan sosial merupakan rasa nyaman secara nyata yang diberikan oleh lingkungannya kepada orang yang sedang menghadapi stres setelah kematian seseorang. Kemampuan dan dukungan tersebut makin penting untuk dilakukan dan diberikan di masa-masa sulit seperti pasca kematian orang terdekat. Hal ini karena seseorang tidak dapat beresiliensi dengan maksimal tanpa bantuan sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, kemampuan resiliensi dan dukungan sosial menjadi paket yang lengkap bagi seseorang yang berada di masa-masa sulit untuk berjuang dari keterpurukannya.

Dengan demikian, resiliensi dan dukungan sosial sangat penting bagi seseorang yang berada di masa-masa sulit. Jadi, buat teman-teman, yang mungkin sedang berbeban berat, jangan lupa untuk selalu melakukan resiliensi dan mencari dukungan sosial di sekitar kalian! Khususnya untuk teman-teman yang kesulitan di masa-masa berduka. Semoga kita semua dapat berbahagia selalu. Semangat, Teens!

 

Rujukan:

  • Abdul Aziz & Anne Fatma. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memitiki Anak Autis. Talenta Psikologi.
  •  Amalia, I. Fauzi Rahman, dan Hafizh Zain, A. (2021). Konsep Diri Sebagai Prediktor Resiliensi Pada Mahasiswa. Psikostudia Jurnal Psikologi.
  •  Mark W. M. (2015). Low resilience as an independet predictor of depressive symptomatology.
  •  Purnomo, N. A. S. (2014). Resiliensi Pada Pasien Stroke Ringan Ditinjau dari Jenis Kelamin. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan.
  •  Winda  Aprilia.  (2013).  Resiliensi  dan  dukungan  sosial  pada  orang  tua  tunggal. Psikoborneo.

 

Author: Farhan Hendiansyah | Editor: Nesti Magdalena 

Share the Post:

Related Posts