Jobseeking itu tricky. Tidak sesederhana menyebar CV, ikut interview, lalu keterima kerja. Banyak orang merasa telah melakukan segala hal sebagai persiapan memasuki dunia kerja, tetapi hasilnya nol. Cerita berikut bisa menjadi sebuah gambaran:
Alkisah, ada seorang anak bernama Bintang. Ia baru saja lulus dari universitas negeri paling top di Indonesia. IPK? Cum laude. Prestasi? Menang lomba ini-itu. Pengalaman organisasi? Mantan ketua BEM fakultas. Berbekal hal-hal tersebut, Bintang percaya diri akan bisa mendapatkan pekerjaan yang ia idamkan dalam waktu 1-2 bulan setelah wisuda.
Satu bulan… dua bulan… enam bulan berlalu… Bintang masih menyandang status yang sama seperti saat ia baru lulus: pengangguran. Boro-boro mendapat pekerjaan idaman, panggilan interview saja bisa dihitung jari, padahal puluhan CV sudah ia sebar ke seluruh penjuru negeri. Bintang mulai resah, bingung, dan bertanya pada diri sendiri, apa yang salah?
Tidak hanya Bintang saja, lulusan perguruan tinggi di Indonesia juga banyak yang mengalami hal seperti di atas. Dunia jobseeking memang ngeri-ngeri sedap. Persaingannya luar biasa kejam. Apa yang kita anggap prestasi belum tentu ada artinya di mata perusahaan. Lantas perusahaan mencari orang yang seperti apa, sih?
Kandidat Berkualitas Menurut Perspektif Perusahaan
Sumber Foto: freepik.com
IPK tinggi, lulusan universitas bergengsi, prestasi mentereng, pengalaman organisasi segudang. Apakah perusahaan mencari yang seperti itu? Jawabannya: belum tentu.
Hal paling utama yang perlu diingat oleh semua pelamar kerja adalah bahwa sebuah perusahaan atau organisasi memiliki suatu tujuan, dan perusahaan akan merekrut orang-orang yang dapat membantu mereka mencapai tujuan tersebut. Meskipun seseorang memiliki banyak prestasi saat kuliah, tetapi jika ia dinilai tidak cocok dengan visi dan misi perusahaan maka kemungkinan besar ia tidak akan diterima.
Kalau begitu, orang-orang seperti apa yang dinilai dapat membantu mensukseskan tujuan perusahaan? Secara umum kriterianya adalah sebagai berikut:
1. Siap kerja dan memiliki kemampuan teknis
Suatu posisi/jabatan di perusahaan pasti memiliki job description (job desc) yang menggambarkan tugas dan tanggung jawab serta keahlian yang dibutuhkan. Perusahaan akan merekrut orang yang siap untuk menjalankan job desc tersebut di hari pertama ia bekerja.
Misalnya, untuk posisi software engineer perusahaan membutuhkan seseorang yang memiliki keahlian coding dan paham bahasa pemrograman. Tidak mungkin perusahaan merekrut orang yang sama sekali tidak memiliki kemampuan teknis tersebut. Sudah bayar mahal-mahal, tapi yang direkrut tidak siap kerja dan tidak berkontribusi bagi perusahaan. Rugi!
2. Problem solver
Apa yang kita inginkan ketika mendapat suatu masalah? Jawabannya satu: masalah cepat beres. Perusahaan/organisasi juga menginginkan hal yang sama.
Masalah dan tantangan adalah makanan sehari-hari dalam dunia kerja. Apabila sebuah masalah tidak segera diselesaikan dan dibiarkan menumpuk, dapat mengakibatkan sebuah perusahaan/organisasi tidak berhasil mencapai tujuannya. Untuk itu dibutuhkan orang-orang yang mampu membereskan masalah-masalah tersebut dengan cepat, efektif, dan efisien.
Perusahaan tidak membutuhkan orang yang hanya bisa mengeluh dan menyalahkan orang lain ketika berhadapan dengan masalah. Selain tidak ada gunanya, orang-orang seperti itu hanya membuat suasana kantor semakin keruh.
3. Cepat belajar dan beradaptasi
Dunia kerja berbeda dengan dunia kuliah. Banyak hal baru yang mungkin seorang fresh graduate belum terlalu familiar, seperti proses bisnis perusahaan, budaya kerja, alur kerja, dan hal teknis lainnya. Seorang fresh graduate harus bisa mempelajari hal-hal tersebut dengan cepat agar dapat segera catch up dengan ritme perusahaan.
Lingkungan kerja juga bisa sangat dinamis. Dalam waktu yang singkat perubahan drastis bisa terjadi akibat adanya teknologi baru, perubahan atasan, rekan kerja baru, perubahan proses bisnis, ataupun penambahan job desc. Kalau seseorang tidak punya kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat, ia akan kelabakan menghadapi itu semua dan performanya akan terganggu.
4. Memiliki etos kerja yang baik
Bayangkan kamu jadi seorang ketua organisasi. Kamu pasti senang dengan anggota yang rajin, disiplin, dan pro-aktif. Sebaliknya kalau anggotamu malas, pasif, dan tidak taat aturan, pasti rasanya ingin mengeluarkan dia dari organisasi. Pimpinan perusahaan juga merasakan hal yang sama.
Seseorang dengan etos kerja yang baik biasanya memiliki kinerja yang baik pula. Andaikata performanya sedang kurang baik pun, setidaknya dia tidak menambah masalah lain bagi perusahaan akibat perilaku yang mengganggu. Tipe pekerja seperti ini biasanya membawa work vibe yang baik bagi perusahaan.
5. Punya mental yang kuat
Dunia kerja itu penuh dengan tekanan. Beberapa contoh dari banyaknya tekanan yang ada di lingkungan kerja yaitu deadline ketat, dibentak atasan, dimarahi klien, kerja sampai subuh, hingga konflik dengan rekan kerja. Sikap professional sangat dibutuhkan di sini. Artinya, walaupun suasana hatimu sedang morat-marit, kerjaan tetap harus selesai!
Perusahaan nggak mau kinerjamu terganggu akibat kamu nggak bisa mengontrol perasaanmu dalam menghadapi tekanan-tekanan tersebut. Kalau cuma sekadar nangis tiap hari di toilet kantor sih gapapa, tapi kalau ujung-ujungnya membuat perusahaan merugi, itu yang sangat dihindari. Makanya, sering banget di lowongan pekerjaan tercantum persyaratan “bersedia bekerja di bawah tekanan” alias wajib hukumnya punya mental yang kuat!
6. Dapat bekerja sama
Dalam dunia kerja yang melibatkan banyak pihak, kepentingan perusahaan adalah prioritas nomor satu. Seringkali individu harus menyesuaikan diri agar kepentingan perusahaan dapat tercapai. Hal tersebut dapat berarti kepentingan pribadi harus dikesampingkan.
Individu yang egois dan mau menang sendiri biasanya membuat sebuah pekerjaan terhambat karena ulahnya. Maka dari itu, sepintar apapun seseorang, perusahaan tidak akan mau merekrut orang yang tidak bisa bekerjasama dengan orang lain.
7. Komunikatif
Kamu punya sebuah ide bagus. Kemudian kamu berusaha menjelaskan ide tersebut ke semua pihak: atasan, rekan setim, departemen lain. Semuanya nggak ada yang paham sama idemu, dan menganggap idemu itu nggak applicable. Apakah idemu buruk? Belum tentu. Bisa jadi cara menyampaikanmu yang salah.
Miskomunikasi punya efek yang beragam. Bisa jadi nggak terlalu signifikan, tetapi bisa juga jadi sangat fatal. Maka dari itu, perusahaan berusaha mencegah potensi masalah yang timbul akibat miskomunikasi dengan merekrut seseorang yang memiliki kemampuan komunikasi yang bagus. Skill ini biasanya terlihat pada saat interview, jadi HRD perusahaan bisa langsung tahu apakah seseorang komunikatif atau tidak.
Untuk menjadi individu yang berkualitas, apa yang perlu dilakukan oleh mahasiswa?
Kamu sudah bisa memulai persiapan untuk memasuki dunia kerja setelah memasuki perguruan tinggi. Perbanyaklah kegiatan yang menunjang persiapan memasuki dunia kerja selama kuliah. Untuk menjadi individu dengan kualitas yang diinginkan oleh perusahaan, kamu perlu meningkatkan skill-skill yang telah disebutkan di atas. Berikut hal-hal yang harus kamu lakukan:
1. Ketahui apa cita-citamu
Prospek kerja sebuah jurusan bisa sangat beragam. Misalnya lulusan teknik informatika dapat menjadi software engineer, data analyst, atau cybersecurity analyst. Lulusan psikologi dapat menjadi psikolog klinis, HRD perusahaan, atau bahkan UI/UX designer. Di antara banyaknya pilihan yang ada, kamu harus segera menentukan tujuanmu. Hal ini penting supaya kamu bisa mempersiapkan arah masa depanmu sedini mungkin dan nggak bingung setelah lulus mau ngapain.
2. Cari pengalaman yang relevan dengan cita-citamu sebanyak mungkin
Kamu harus segera bergerak membangun pondasi untuk cita-citamu jika sudah menentukan ingin menjadi apa. Misalnya, kalau kamu mau jadi UI/UX designer maka sejak kuliah kamu bisa ikut kursus/bootcamp, bangun portfolio dan magang (2 hal ini penting banget!), ikut kompetisi/sayembara, mengerjakan proyek, dan fokuskan topik skripsi/tugas akhirmu di bidang itu. Perusahaan cenderung lebih tertarik dengan kandidat fresh graduate yang punya banyak pengalaman relevan daripada kandidat yang minim experience. Mereka akan menilai kamu punya interest yang kuat dan pengalaman teknis yang mumpuni di bidang yang kamu lamar. Hal ini bisa meningkatkan daya saingmu di dunia pencarian kerja.
3. Tingkatkan soft skill
Banyak cara meningkatkan soft skill, salah satunya adalah mengikuti organisasi. Dengan berorganisasi kamu dapat melatih skill kerja sama, problem solving, komunikasi, manajemen konflik, networking, dll. Namun yang harus kamu ingat adalah, organisasi merupakan sebuah sarana/batu loncatanmu untuk mengembangkan diri. Jadi jangan hanya sekadar ikut organisasi tanpa mendapat/belajar apa-apa, tapi ambil pengalaman dan pembelajarannya sebanyak mungkin dari situ.
4. Belajarlah sebaik mungkin, kuasai materi yang relevan, dan tingkatkan IPK
IPK tinggi memang bukan segalanya, tetapi hal tersebut adalah cerminan bahwa kamu individu yang memiliki potensi dan bertanggung jawab terhadap kewajibanmu sebagai seorang mahasiswa. Kamu boleh saja ikut banyak kegiatan, tapi jangan sampai melupakan studimu. Jadi, belajarlah sebaik mungkin dan kuasai benar-benar materi-materi yang menunjang cita-citamu. Usahakan IPK-mu jangan sampai di bawah 3.00 ya!
Siapkan hal-hal ini setelah lulus dan mulai melamar pekerjaan
Kalau kamu sudah punya bekal pengalaman dan soft skill yang cukup, saatnya masuk ke hal-hal teknis dalam melamar pekerjaan. Selain kualitas individu, biasanya perusahaan juga menilai pengetahuan kalian akan perusahaan tersebut. Jadi, penting untuk mempelajari hal-hal berikut:
1. Pelajari informasi terkait perusahaan yang kalian lamar
Pertanyaan mengenai “apa yang kamu ketahui tentang perusahaan ini?” biasanya muncul dari interviewer untuk melihat seberapa jauh ketertarikan kamu dengan perusahaan tersebut. Untuk itu, penting untuk mempelajari apa visi dan misi perusahaan tersebut, bergerak di industri apa, bagaimana posisinya di industri tersebut, siapa target marketnya, dll. Kamu tidak perlu mempelajari terlalu detail, hanya gambaran besarnya saja sudah cukup.
2. Pahami job desc posisi yang kalian lamar dan kaitannya dengan proses bisnis perusahaan
Pertanyaan lain yang biasanya muncul adalah “apa yang kamu ketahui tentang posisi yang kamu lamar?”. Interviewer akan menanyakan hal ini untuk memastikan bahwa kalian sudah mengetahui apa yang akan kalian lakukan di posisi tersebut setelah nanti kalian masuk kerja. Ingat, perusahaan akan selalu cenderung memilih kandidat yang siap kerja, bukan orang yang membutuhkan waktu lama untuk belajar. Jadi, penting bagi kamu untuk mempelajari hal ini agar interviewer semakin yakin dengan kualitasmu.
3. Latihan interview
Kalau kamu dapat panggilan interview, itu artinya kamu sudah semakin dekat dengan pekerjaan impianmu. Sangat sayang kalau kamu gagal di tahap ini hanya karena kamu grogi atau tidak tahu cara menjawab dengan benar, oleh karena itu persiapkan diri sebaik mungkin. Kamu bisa browsing di internet untuk mempelajari pertanyaan-pertanyaan apa saja yang sering muncul. Tulis jawabanmu dengan menggunakan metode STAR (Situation, Task, Action, Result), agar jawabanmu lebih terstruktur dan mudah dipahami oleh interviewer. Selanjutnya, perbanyak latihan agar kamu terbiasa dengan situasi interview. Kamu bisa latihan dengan temanmu atau juga dengan seniormu yang sudah lebih berpengalaman. (Baca juga: Tips Berbicara di Depan Umum agar Tidak Grogi)
Kembali melihat kasus Bintang di awal artikel ini, kegagalan Bintang bisa jadi karena ia salah strategi dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Misalnya, sewaktu kuliah ia terlalu banyak ikut organisasi sehingga tidak sempat mencari pengalaman relevan seperti magang, membangun portfolio, dll. Mungkin juga di saat ia ikut organisasi ia hanya fokus networking, tetapi kurang mengembangkan diri dan soft skill-nya masih minim sehingga pada saat psikotes terlihat bahwa ia ternyata adalah orang yang kurang cepat belajar dan beradaptasi, serta kurang memiliki mental yang tangguh. Intinya, banyak hal yang ia lakukan tapi sebenarnya tidak relevan dengan kebutuhan perusahaan.
Persaingan dalam dunia pencarian kerja sangatlah ketat. Bagi kamu yang sekarang masih di duduk di bangku kuliah, segeralah melakukan persiapan memasuki dunia kerja sedini mungkin dengan menerapkan tips-tips di atas agar daya saingmu meningkat dan kamu bisa langsung mendapatkan pekerjaan idamanmu setelah lulus kuliah.
Author: Dimas Haryoputra Maheswara | Editor: Rincinailatul Agustin