Kisah Inspiratif Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar, Semua Orang Berhak Untuk Bermimpi!

Kisah Inspiratif Mahasiswa UMM

Kisah inspiratif kali ini datang dari seorang mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar (UMM) dalam meraih mimpinya melalui banyak perjuangan saat mengatasi perkataan buruk dari banyaknya orang yang merendahkannya. Semoga kisah inspiratif mahasiswa UMM ini bisa menjadi kekuatan dan keyakinan bagi siapapun yang mengalami hal yang sama, untuk terus bangkit dan meraih mimpi.

Aku Adalah Seorang Pemimpi

Hai, Aku adalah seorang anak perempuan tunggal, yang mempunyai banyak mimpi-mimpi. Aku selalu bermimpi tentang semua hal yang ingin aku wujudkan di masa depan. Akan tetapi, dengan mimpiku tersebut orang-orang menganggapku rendah dan memandangku sebelah mata. Aku juga adalah seorang korban bullying sejak masih duduk di bangku SMK dulu. 

“Kamu tuh gak usah ketinggian deh entar jatuh.” 

“Emang kamu bisa apa?” 

“Sadar diri orang kayak lu mana mungkin bisa sukses.” 

“Otak aja masih hah hoh hah hoh, sok-sok an pengen sukses.” 

Terkadang aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, “apa aku gak pantas ya mempunyai mimpi? Atau mimpiku yang terlalu tinggi?”.

Hinaan maupun cacian tersebut memiliki dampak yang cukup besar bagiku. Aku menjadi malas belajar, aku merasa minder, dan aku semakin merasa ketakutan untuk bertemu orang-orang di sekitarku. Aku merasa seperti orang-orang akan menertawakan apapun yang kulakukan.

Semakin hari, orang-orang terus menerus menghinaku dan merendahkanku. Aku merasa tidak ada perkembangan sama sekali dalam diriku karena aku makin terjebak dengan omongan-omongan tersebut.

Aku pun merasa kehilangan arah tanpa tujuan sama sekali. Yang mana dulunya sudah aku susun sebaik mungkin rencana dan tujuanku kedepannya, tetapi sirna begitu saja dalam sekejap mata. Aku hanya memiliki orang tuaku saja sebagai support system dalam menjalani hidup dan meraih impian, aku sama sekali tidak memiliki support system seperti teman seperjuangan atau yang lainnya.

Perjalanan Awalku dalam Meraih Mimpiku: SNMPTN

Pada tahun 2022 pendaftaran SNMPTN/SBMPTN dibuka dan awalnya aku tidak tahu pendaftaran apa itu, dan apa gunanya. Tetapi setelah aku cari tahu, ternyata itu adalah jalur pendaftaran calon mahasiswa baru yang berkeinginan melanjutkan studi ke jenjang S1. 

Aku berkesempatan untuk mengikuti jalur tes SNMPTN karena aku termasuk ke dalam siswa eligible. Namun, kuota calon mahasiswa baru dari sekolahku hanya sedikit yang akan terpilih, kata guruku.

Aku juga berasal dari SMK Jurusan Administrasi Perkantoran, maka dari itu memilih jurusan untuk SNMPTN harus se-linear dengan jurusanku. Namun, aku merasa jurusan kuliah yang sesuai dengan jurusanku di SMK tidak aku kuasai dengan baik sehingga aku takut bahwa aku akan merasa salah jurusan nantinya. Aku merasa sangat kebingungan dalam memilih jurusan kuliah karena aku tak mengetahui di bidang apa sebenarnya keahlianku.

Waktu pendaftaran SNMPTN yang sudah mendekati tenggat waktu membuatku asal-asalan dalam memilih jurusan. Pada akhirnya aku memilih S1 Administrasi Kesehatan dan S1 Administrasi Negara.

Usahaku Dalam SBMPTN

Sayangnya aku tidak lolos dalam SNMPTN. Namun aku tetap berpikir positif bahwa belum takdirku untuk berkuliah di kedua jurusan tersebut. Setelah pengumuman aku kembali berniat mendaftarkan diri di SBMPTN. Tetapi perbedaan dengan SNMPTN yang hanya memakai nilai rapor dan prestasi lainnya, di SBMPTN memakai tes masuk dengan mengerjakan soal-soal ujian dengan dua jurusan yaitu jurusan Soshum yang mencakup pelajaran Geografi, Ekonomi, Sejarah, dan Sosiologi, serta jurusan Saintek yang mencakup Biologi, Matematika, Fisika, dan Kimia. Saat itu aku mengambil jurusan S1 Administrasi Negara dan S1 Administrasi Pendidikan serta aku juga memilih universitas yang terdapat di kotaku saja.

Akupun kebingungan bagaimana caranya aku belajar materi-materi untuk ujian SBMPTN sementara aku tidak belajar mata pelajaran tersebut waktu sekolah. Pada akhirnya aku mengulang belajar dari awal lagi, mulai dari membeli buku UTBK,  langganan les, latihan tryout, dan lain-lain.

Tapi di sisi lain, orang-orang di sekitarku kembali tidak mendukungku, entah itu dari teman atau bahkan dari  sepupuku sendiri.

“Ngapain sih ambis banget pengen kuliah!”

“Relain aja sih, kata gua mah gagal ya gagal aja.”

Sementara sepupuku menyuruhku untuk daftar di universitas swasta saja, tapi aku belum terpikir untuk masuk ke universitas swasta.  Dan pada saat pengumuman SBMPTN tiba, hasilnya masih sama aja, aku tetap dinyatakan tidak lolos. Tetapi aku kembali mencoba tetap optimis dan berpikir positif.

Antara Gapyear atau Universitas Swasta

Sebetulnya aku berniat untuk gapyear saja. Tapi orang tuaku melarangku untuk gapyear, dan mereka menyuruhku untuk mendaftar di salah satu universitas islam swasta di kotaku yaitu Universitas Muhammadiyah Makassar (UMM).

Orang tuaku juga membimbingku dalam memilih jurusan yang mana pada akhirnya membuatku memutuskan untuk memilih jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah. Aku dinyatakan lulus di jurusan tersebut saat pengumuman kelulusan keluar.

Walaupun begitu, orang lain tetap men-judge aku tanpa henti-hentinya, dan semua perkataan mereka membuatku merasa terganggu. Tetapi kini aku berusaha melawan rasa takut atau khawatir yang diakibatkan dari omongan orang lain kepadaku dengan menyibukkan diri untuk mengikuti  lomba, seminar kampus atau pun kegiatan kampus lainnya mulai dari kepanitaan, organisasi dan lain-lain. 

Pelajaran Hidup

Inilah kisah inspiratif milikku sebagai seorang mahasiswa UMM. Pelajaran yang bisa aku petik dari perjalanan hidupku ini adalah jangan pernah peduli dengan perkataan omongan orang lain, karena setiap apa yang kita lakukan akan selalu terlihat salah dan mereka juga tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang kita lakukan. Kekurangan kita juga bukan penghalang untuk meraih sebuah mimpi, mau seburuk apa atau sebaik apapun, semua orang berhak meraih impiannya selagi mereka berusaha dan terus belajar.

Sebetulnya omongan orang lain semuanya berada di luar kendali kita, tetapi yang bisa kita kendalikan adalah cara kita merespon atau menanggapi omongan tersebut dengan membuktikan kalau omongan mereka tidak benar sama sekali. Kita bisa menjadikan omongan buruk dari mereka sebagai motivasi bagi kita untuk menjadi lebih baik kedepannya.

Baca Juga: Kisah Inspiratif, Melampaui Bayang-bayang Bullying

Author: A. Nurzainah Ramadhani. M | Editor: Rincinailatul Agustin

Share the Post:

Related Posts