Kasus Cacar Monyet di Indonesia: Bahaya yang Harus Diwaspadai

Kasus Cacar Monyet di Indonesia: Bahaya yang Harus Diwaspadai

Cacar monyet, sebuah penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox, telah menjadi perhatian serius di Indonesia. Meskipun virus ini bukan hal yang sering kita dengar. Namun,penyebarannya dapat berdampak besar terutama pada masyarakat yang kurang sadar akan bahayanya. Artikel ini akan membahas kasus cacar monyet di Indonesia, gejala, penyebab, serta tindakan yang perlu diambil untuk mengatasinya.

Sejarah dan Penyebaran Cacar Monyet

Cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1958, saat terjadi wabah penyakit yang menyerang koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian. Kejadian inilah yang kemudian menyebabkan penyakit ini dinamakan cacar monyet atau monkeypox. Kasus cacar monyet pertama yang menyerang manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.. Sejak saat itu, kasus cacar monyet dilaporkan telah menginfeksi orang-orang di beberapa negara Afrika Tengah dan Barat, seperti Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.

Namun, saat ini, kasus cacar monyet telah mencapai Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bahkan memperkirakan bahwa kasus cacar monyet di Indonesia dapat mencapai angka 3.600 dalam satu tahun. Hal ini memicu keprihatinan dan tindakan pencegahan yang perlu segera diambil.

Gejala Cacar Monyet

Mirip dengan gejala cacar air, tetapi lebih ringan. Awalnya mencakup demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati), sementara cacar air tidak. Masa inkubasi cacar monyet berkisar dari 6 hingga 13 hari, tetapi dapat berlangsung hingga 21 hari.

Cacar monyet dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan luka yang terinfeksi, koreng, atau cairan tubuh penderita. Penyakit ini juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan, selama berkontak secara berkepanjangan dengan orang yang terinfeksi.

Penyebab dan Penularan Cacar Monyet

Penyebab cacar monyet adalah infeksi dari virus monkeypox, yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Genus Orthopoxvirus juga mencakup virus variola (yang menyebabkan cacar), virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi. Virus cacar monyet dapat menular ketika seseorang terpapar virus dari hewan yang terinfeksi, orang yang terinfeksi, atau benda yang terkontaminasi. Virus ini juga dapat melewati plasenta dari ibu hamil ke janin.

Selain itu, virus cacar monyet dapat menyebar dari hewan ke manusia melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, saat menangani atau memproses hewan buruan, atau melalui penggunaan produk yang terbuat dari hewan yang terinfeksi. Virus ini juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka orang yang terinfeksi atau dengan bahan yang pernah menyentuh cairan atau luka tubuh tersebut, seperti pakaian atau linen.

Hewan Rentan Terinfeksi Cacar Monyet

Berdasarkan penelitian, berbagai spesies hewan telah teridentifikasi sebagai rentan terhadap infeksi virus cacar monyet. Namun, masih ada ketidakpastian tentang sejarah alami virus ini, dan belum diketahui reservoir spesifiknya. Meskipun namanya “cacar monyet,” monyet bukanlah reservoir utama dari virus ini. Lebih banyak penelitian yang perlu untuk memahami asal-usul dan reservoir virus cacar monyet ini.

Tindakan yang Perlu Kita Ambil

Dalam menghadapi kasus cacar monyet di Indonesia, ada beberapa tindakan yang perlu kita ambil:

1. Edukasi Terkait Cacar Monyet

Masyarakat perlu menerima informasi dan edukasi yang lebih luas tentang penyakit cacar monyet. Dalam hal ini, penting untuk menjelaskan cara penularan, pencegahan, dan deteksi dini cacar monyet. Dengan pengetahuan yang lebih baik, masyarakat dapat lebih waspada terhadap penyakit ini.

2. Hindari Kontak dengan Pasien

Penularan cacar monyet terutama terjadi melalui kontak erat, termasuk kontak seksual. Oleh karena itu, penting untuk menghindari kontak fisik dengan pasien yang terduga mengidap cacar monyet. Selain itu, hindari berbagi barang-barang pribadi seperti handuk, pakaian, atau perlengkapan tidur dengan penderita.

3. Selalu Pakai Pengaman

Bagi populasi risiko tinggi, seperti mereka yang memiliki kecenderungan berhubungan seksual bebas atau memiliki kondisi imunokompromais, sebaiknya selalu menggunakan pengaman dan melakukan vaksinasi sesuai dengan ketetapan Kementerian Kesehatan Indonesia.

4. Lakukan Pemeriksaan

Ketika muncul gejala yang mencurigakan, seperti adanya lesi di kulit dengan ras demam, segera kunjungi fasilitas kesehatan atau dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Ini sangat penting, terutama jika Anda termasuk dalam kelompok berisiko.

5. Selalu Lakukan Skrining

Dalam kasus terduga cacar monyet, memerlukan skrining atau pemeriksaan awal yang mencakup wawancara tentang perkembangan penyakit (anamnesis), pemeriksaan lesi kulit dan organ-organ tubuh secara detail, serta pemeriksaan swab untuk mengonfirmasi diagnosis.

6. Tersedianya Obat Antivirus dan Vaksin

Penting untuk memastikan ketersediaan obat antivirus dan vaksin di setiap Dinas Kesehatan baik di tingkat kabupaten maupun kota. Semua ini harus sesuai dengan yang Kementerian Kesehatan telah tetapkan berdasarkan indikasi serta skala prioritas.

Kesimpulan

Cacar monyet merupakan penyakit serius yang dapat menular dengan cepat. Dengan edukasi yang baik, pencegahan, dan penanganan yang tepat, kita dapat mengendalikan penyebaran penyakit ini di Indonesia. Keputusan IDI untuk mengeluarkan rekomendasi penanganan penyakit cacar monyet merupakan langkah yang sangat penting dalam melindungi masyarakat. Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat mengatasi kasus cacar monyet di Indonesia dan melindungi kesehatan kita serta orang-orang di sekitar kita.

Baca juga: Bahaya Merokok bagi Remaja, Ancaman Serius untuk Masa Depan!

Share the Post:

Related Posts